Senin, 17 Maret 2008

Menkominfo: Perang Tarif Jangan Menipu

[Tribun Jabar] - nteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) M Nuh mengatakan, pemerintah masih menilai wajar dan membiarkan terjadinya perang tarif operator telepon seluler (ponsel) menjelang pemberlakuan kebijakan interkoneksi April mendatang.

Namun pemerintah akan memantau sejauh mana promosi yang dilakukan para operator ponsel tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip berusaha.

"Semuanya itu tentu ada tata kramanya dan sudah pasti ada etikanya. Orang berpromosi pun, ada etika dan tata kramanya. Dasar berpromosi itu adalah mengajak konsumen memilih produknya. Tetapi tidak boleh ada unsur menipu," ujar Menkoinfo disela-sela Raker dengan Komisi I DPR, Senin (17/3).

Menkominfo kemudian menyarankan, apa yang dipromosikan harus sesuai dengan kenyataannya. Karena kalau tidak, tandasnya, sama saja dengan melakukan kebohongan publik.


"Karena itu kita terus memonitor atas ramainya promosi ini, kira-kira, dalam dua minggu terakhir menjelang 1 April. Kita biarkan sebentar, agar para CEO, para operator seluler dalam menyusun strategi menjelang 1 April mendatang. Karena tarif interkoneksi mulai berlaku," terang M Nuh.

Rabu, 05 Maret 2008

Menyoal ancaman perang tarif seluler terhadap FWA

Beberapa hari belakangan ini televisi, majalah, dan koran ramai menayangkan program penarifan baru operator telekomunikasi seluler. Tak ketinggalan juga baliho-baliho ukuran raksasa yang banyak terpampang di sudut-sudut jalan, seakan-akan menandai berlanjutnya perang tarif di sektor telekomunikasi bergerak tersebut.

Di antara sekian banyak program promosi baru itu, yang paling terasa adalah perang tarif antara PT Excelcomindo Pratama Tbk dengan PT Indosat Tbk. Bila dilihat dari sisi pelanggan, hingga akhir tahun lalu pelanggan Indosat mencapai 24,5 juta orang, XL 15,5 juta orang. Sementara itu PT Telkomsel telah menguasai lebih dari 50 juta pelanggan.

Program tarif promosi seluler yang cenderung jor-joran tersebut sepertinya bisa mengancam operator akses nirkabel tetap yang memiliki keterbatasan dalam hal mobilitas.