Rabu, 02 April 2008
Iklan Tarif Telepon Jangan Akal-akalan
“Apakah promo mereka itu benar apa tidak dengan kenyataannya? Kalau benar, ya baguslah. Sebaliknya, kalau melenceng, siap-siap akan saya jewer,” katanya.
Dia menolak menyebut tiga operator itu. “Anda sendiri sudah tahulah.” Menurutnya, promo mereka memang dalam rangka pemanasan menurunkan tarif interkoneksi yang telah ditetapkan pemerintah di kisaran 5 sampai 40 persen, untuk tarif telepon seluler dan tarif telepon tetap “Kami kasih mereka kebebasan untuk memilih range (kisaran) yang mana penurunannya,” jelasnya di Jakarta, Selasa.
Menkominfo yakin tarif di tingkat konsumen akan turun, karena formula tarif ritel dihitung berdasarkan tarif interkoneksi, biaya operasional dan keuntungan bagi operator. “Kalau mereka tidak menurunkan tarif, mereka akan habis sendiri,” tegasnya.
Senin, 17 Maret 2008
Menkominfo: Perang Tarif Jangan Menipu
Namun pemerintah akan memantau sejauh mana promosi yang dilakukan para operator ponsel tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip berusaha.
"Semuanya itu tentu ada tata kramanya dan sudah pasti ada etikanya. Orang berpromosi pun, ada etika dan tata kramanya. Dasar berpromosi itu adalah mengajak konsumen memilih produknya. Tetapi tidak boleh ada unsur menipu," ujar Menkoinfo disela-sela Raker dengan Komisi I DPR, Senin (17/3).
Menkominfo kemudian menyarankan, apa yang dipromosikan harus sesuai dengan kenyataannya. Karena kalau tidak, tandasnya, sama saja dengan melakukan kebohongan publik.
"Karena itu kita terus memonitor atas ramainya promosi ini, kira-kira, dalam dua minggu terakhir menjelang 1 April. Kita biarkan sebentar, agar para CEO, para operator seluler dalam menyusun strategi menjelang 1 April mendatang. Karena tarif interkoneksi mulai berlaku," terang M Nuh.
Rabu, 05 Maret 2008
Menyoal ancaman perang tarif seluler terhadap FWA
Di antara sekian banyak program promosi baru itu, yang paling terasa adalah perang tarif antara PT Excelcomindo Pratama Tbk dengan PT Indosat Tbk. Bila dilihat dari sisi pelanggan, hingga akhir tahun lalu pelanggan Indosat mencapai 24,5 juta orang, XL 15,5 juta orang. Sementara itu PT Telkomsel telah menguasai lebih dari 50 juta pelanggan.
Program tarif promosi seluler yang cenderung jor-joran tersebut sepertinya bisa mengancam operator akses nirkabel tetap yang memiliki keterbatasan dalam hal mobilitas.
Kamis, 28 Februari 2008
April, Tarif Seluler Pasti Turun
"Tarif ponsel sudah pasti bisa dinikmati penurunannya pada April nanti. Yang biasanya masyarakat menelepon selama 15 menit, dengan penurunan tersebut bisa jadi akan meningkat menjadi 30 menit. Jadi, April pasti turun," Ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh, menjelang rapat terbatas mengenai LKBN Antara di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2008).
Senin, 04 Februari 2008
Menkominfo: Tarif Seluler Segera Turun Sampai 40 Persen
Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh mengemukakan hal itu dalam jumpa persnya tentang Tarif Telekomunikasi, kepada wartawan di Jakarta, Senin (4/2). Menurut Nuh, saat ini terjadi beberapa variasi penurunan dalam formulasi tarif interkoneksi tersebut. Diungkapkan Nuh, penurunan tarif fixed line akan lebih kecil dari tarif seluler karena disubsidi sedangkan tarif seluler dipastikan turun signifikan.
Sabtu, 12 Januari 2008
Tak Wajar, Kompetisi Tarif Selular
[Blog Haripitra] Tanah Air tahun ini tertuju pada beberapa aktor utama yang sekarang tengah beraksi di atas panggung industri selular. Awal 2008 menjadi ajang perombakan kompetisi dalam industri ini yang sedang tumbuh pesat, dan kombinasi tiga instrumen berbeda tersebut bakal menjadi penentu.
Memang, hingga sekarang, perubahan pola persaingan dan kualitas operator dalam memberikan kepuasan pada pelanggannya telah sedikit membaik. Khususnya selama 2007. Pun begitu, ternyata takaran kompetisi industri selular masih belum berada pada level semestinya.
Hal tersebut diungkap Heru Sutadi, pengamat telematika yang juga anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Menurutnya, pola persaingan operator belum memperlihatkan iklim yang baik. Ia menambahkan, operator saat ini masih memperlakukan konsumen sebagai obyek, bukan subyek.
Merujuk pernyataan Heru dan kenyataan yang terjadi di lapangan, bisa dibilang setiap langkah yang dilakukan operator selular dalam bersaing saat ini cenderung merupakan sikap reaktif bukan strategi proaktif. Dan, kompetisi pun akhirnya mengarah pada apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi serta menjatuhkan pesaing, bukan pada apa yang harus diperbuat untuk menjadikan konsumen puas terhadap layanan.
Selasa, 31 Juli 2007
Tarif Lokal Kemungkinan Naik, Tarif Seluler Cenderung Turun
"Kalau seluler akan cenderung, kemungkinan turun. Cuma saya agak kuatir, tarif lokal kemungkinan agak naik. Tarif lokal sekarang lebih rendah dibandingkan semestinya karena kita masih mentolerir adanya subsidi dari SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) ke lokal," kata Basuki Yusuf Iskandar di sela-sela acara Asia Pacific Telecommunity Wireless Forum ke-4 di Jakarta, Selasa.
Basuki mengatakan, tarif telepon lokal saat ini bukan tarif yang sebenarnya karena adanya subsidi dari tarif SLJJ, dan ini tidak sehat bagi industri telekomunikasi.
"Kalau kita bicara industri yang sehat yang sebenarnya real costnya itu. Cost base yang seperti itu. Kita mungkin akan pertimbangkan proses rebalancing tarif ini," kata Basuki.
Dia mengatakan, keputusan mengenai tarif telepon ini akan menunggu hasil dari rapat yang difasilitasi oleh pemerintah dengan BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), para operator dan perwakilan konsumen.